SAMPIT ( Kotawaringin Timur)
Sampit sebagai Ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan salah satu kota terpenting di Provinsi kalimantan Tengah. Di samping karena secara ekonomis merupakan daerah kabupaten yang relatif maju juga karena terletak di posisi yang strategis. Dilihat dari peta regional Kalimantan Tengah, kota Sampit sebelumnya terletak di tengah-tengah dan ini menyebabkan posisinya sangat strategis. Misalnya, warga dari Buntok mau ke Pulau Jawa, maka akan lebih dekat jika melewati Kota Sampit daripada harus ke Kota Banjarmasin. Begitu pun kalau dari Palangkaraya, Kuala Pembuang, maupun Kasongan. Jadi, posisi strategis tersebut akan meningkatkan keunggulan komparatif pelabuhan laut Sampit yang dimiliki daerah ini, terutama akan menarik perekonomian dari kabupaten yang ada di sekitar wilayah Kotawaringin Timur. Bupati Kotawaringin Timur saat ini adalah Sopian Hadi.
Kota Sampit terletak di tepi Sungai Mentaya. Dalam Bahasa Dayak Ot Danum, Sungai Mentaya itu disebut batang danum kupang bulan. Sungai Mentaya ini merupakan sungai utama dan dimanfaatkan sebagai prasarana perhubungandi Sampit. Sungai mentaya merupakan sungai kebanggan masyarakat sampit karena luas dan panjangnya sungai mentaya, sehingga saampit bisa di sebut dengan sebutan kota mentaya.
Hingga kini, yang masih menjadi pertanyaan adalah asal kata Sampit itu sendiri. Menurut beberapa sumber, kata Sampit berasal dari bahasa Cina yang berarti “31” (sam=3, it=1). Disebut 31, karena pada masa itu yang datang ke daerah ini adalah rombongan 31 orang Cina yang kemudian melakukan kontak dagang serta membuka usaha perkebunan (Masdipura; 2003).
Mungkin juga karena Orang pertama yang membuka daerah kawasan Sampit pertama kali adalah orang yang bernama Sampit yang berasal dari Bati-Bati, Kalimantan Selatan sekitar awal tahun 1800-an. Sebagai bukti sejarah, makam “Datu” Sampit sendiri dapat ditemui di sekitar Basirih. “Datu” Sampit mempunyai dua orang anak yaitu Alm. “Datu” Djungkir dan “Datu” Usup Lamak. Makam keramat “Datu” Djungkir dapat ditemui di daerah pinggir sungai mentaya di Baamang Tengah, Sampit. Sedangkan makam “Datu” Usup Lamak berada di Basirih.
LOGO KOTA SAMPIT
a. Talabang (Perisai) pada umumnya adalah salah satu alat penangkis dan kesanggupan mempertahankan diri dengan gagah berani.
b. Warna merah : Melambangkan keberanian dan kepahlawanan
Warna putih : kesucian dan kejujuran
Warna kuning : kesetiaan dan keluhuran
Warna hijau tua : kesuburan dan kemakmuran
Warna hitam : keteguhan dan keabadian
Warna biru : keterangan
c. Tajau (belanga) yang dilingkari dengan tali bermata sebanyak 59 (lima puluh sembilan) pada leher terdapat 4 (empat) bunga telinga. Angka 59 dan 4 melambangkan tahun dan tanggal disahkannya daerah tingkat II Kotawaringin Timur sebagai daerah otonom.
Didalam Talabang yang berbentuk perisai terdapat lukisan-lukisan yang merupakan unsur lambang dengan penjelasan sebagai berikut.
a. Bintang Segi Lima/Bintang Lima
Melambangkan Pancasila lambang dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Batang Beringin/Pohon Beringin
Melambangkan sejarah nama Kotawaringin serta sekaligus melambangkan satuan pada umumnya. Akar dan 5(lima) kelompok daun rimbun melambangkan “pengayoman” yang berasaskan Pancasila. Berakar tunjang 8 (delapan) buah melambangkan bulan kemerdekaan Republik Indonesia. Warna hijau berarti kesuburan Daerah Tingkat II Kotawaringin Timur
c. Jukung Patai/Perahu Patai
Adalah alat perhubungan khas daerah dalam segala bentuk keperluan lalu lintas sungai
d. Satu Sungai
Melambangkan data monografi sungai mentaya
e. Mandau
Adalah suatu senjata tradisional yang diciptakan oleh nenek moyang suku dayak. Senjata ini digunakan untuk menghadapi musuh
f. Sipet
Adalah suatu senjata leluhur suku dayak yang paling ampuh
g. Parei/Padi
Berwarna kuning adalah makanan pokok Bangsa Indonesia.
berwarna kuning dan sebanyak 45 butir melambangkan tahun kemerdekaan Republik Indonesia
h. Kapas
Adalah bahan sandang rakyat Indonesia sebanyak 17 biji melambangkan tanggal kemerdekaan Republik Indonesia. Tangkai kapas dan padi bersilang ditautkan dengan 17 lingkaran tali. Angka yang melambangkan disahkannya Daerah TIngkat II Kotawaringin Timur sebagai daerah otonom.
i. Tali yang melingkar tajau dan ikatan pada kapas, padi dibawah bintang segi lima melambagkan ikatan persatuan yang tak terberaikan dalam suatu wadah tertentu serta merta sinari cahaya keagungan Pancasila yang dipancarkan oleh bintang segi lima
j. Motto “Habaring Hurung”
“Habaring Hurung” dalam bahasa dayak yang berarti bahandep/gotong royong dalam pita berwarna kuning bagian atas dan warna putih bagian bawah.
KEBUDAYAAN
SISTEM RELIGI DAN KEPERCAYAANSejak awal kehidupannya, orang yang tinggal di sampit kebanyakan suku dayak telah memiliki keyakinan yang asli milik mereka, yaitu Hindu Kaharingan yang berarti “air kehidupan”. Keyakinan tersebut, menjadi dasar adat istiadat dan budaya mereka. Agama Kaharingan hingga saat ini masih dianut oleh sebagian besar orang Dayak, walau pada kenyataannya, tidak sedikit orang Dayak yang telah menganut agama Islam, Kristen, Katholik. Demikian pula tidak semua penduduk pedalaman Kalimantan adalah orang Dayak, karena telah berbaur dengan penduduk dari berbagai suku akibat perkawinan dan berbagai sebab lain. Walaupun demikian, tradisi lama dalam hidup keseharian mereka masih melekat erat tidak hanya dalam bahasa, gerak-gerik, symbol, ritus, serta gaya hidup, namun juga dalam sistem nilai pengartian dan pandangan mereka dalam memaknai kehidupan.
SISTEM KEMASYARAKATAN ATAU ORGANISASI SOSIAL
Sistem kekerabatan orang Kalimantan Tengah, didasarkan pada prinsip keturunan, yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui laki-laki maupun wanita. Pada masa dahulu, kelompok kekerabatan yang terpenting masyarakat mereka adalah keluarga kecil yang timbul kalau ada keluarga luas yang utrolokal, yaitu sebagai dari anak-anak laki-laki maupun perempuan sesudah kawin membawa keluarganya masing-masing, untuk tinggal dalam rumah orang tua mereka, sehingga menjadi suatu keluarga luas.
Perkawinan
- Perkawinan Yang Boleh Dilakukan Dalam Keluarga Paling Dekat
2. Sistem endogamI (perkawinan yang ideal), yaitu perkawinan dengan sesama suku dan masih ada hubungan keluarga.
- Perkawinan Yang Dilarang :
2. Patri parallel – cousin, perkawinan antara dua sepupu yang ayah-ayahnya bersaudara sekandung.
3.Perkawinan antara generasi-generasi yang berbeda (contoh: tante + ponakan).
- Pola Kehidupan Setelah Menikah :
2. Pola neolokal, terpisah dari keluarga kedua belah pihak. Ketika Huma Betang (longhouse) masih dipertahankan, keluarga baru harus menambah bilik pada sisi kanan atau sisi kiri huma betang sebagai tempat tinggal mereka.
Kelahiran
Untuk proses kelahiran di kota sampit terbagi menjadi :
1. Mandi – Mandi
Budaya bemandi-mandi biasa dilakukan saat usia kehamilan seseorang sudah memasuki 7 bulan. Acara adat sebagai perwujudan rasa syukur dan sekaligus permohonan kepada Allah SWT supaya diberikan kemudahan dan kelancaran selama menjalani masa kehamilan dan saat melahirkan kelak.
2. Mengubur ari ari
Setelah anak bayinya keluar kemudian memotong tali pusar dan menguburkan ari2 bayi.
3. tasmiah atau aqiqah
Kemudian setelah bayi berumur satu minggu atau lebih, ada upacara yang disebut tasmiah atau aqiqah (pemberian nama), dengan susunan acara sebagai berikut: pembacaan Ayat-ayat Suci Al Quran (Surat Ali Imran), pemberian nama oleh mualim atau penghulu, dan barjanji. Sebagai catatan, dalam barjanji itu, ketika dibaca kalimat asyrakal semua hadirin berdiri, kemudian bayi dikelilingkan. Mereka, termasuk mualim atau penghulu, diminta untuk menepung-tawari si bayi dengan baburih-likat. Dengan berakhirnya upacara tasmiah ini, maka berakhirlah rangkaian upacara kelahiran pada masyarakat Banjar.
Kematian
Jika ada kematian, seluruh warga kampung datang membantu keluarga yang sedang berkabung. Biasanya salah seorang perempuan dari setiap keluarga datang ke rumah keluarga yang sedang berduka cita sambil membawa sejumlah beras. Sementara itu, para lelakinya, disamping membantu dalam persiapan penguburan, juga mempersiapkan kayu-kayu yang diperlukan untuk masak-memasak dalam rangka selamatan/arwahan.
Orang yang meninggal, mayatnya ditutup dengan bahalai (kain panjang) kemudian dibaringkan dengan posisi membujur ke arah baitullah (kiblat). Di sisinya disediakan buku (Surat Yasin) atau Al Quran. Dengan demikian, siapa saja yang ingin mengirimkan doa kepada yang meninggal dapat mengambil dan membacanya. Sementara itu, pihak keluarga yang meninggal merundingkan mengenai proses pemakamannya, seperti: memandikan mayat, waktu pemakaman, dan orang-orang yang menyembahyangkan mayat.
Disini juga diadakan selamatan yang berkenaan dengan kematian tidak hanya dilakukan pada malam pertama (turun tanah) saja, tetapi juga malam ke-2 (mendua hari), ke-3 (meniga hari), ke-7 (memitung hari), ke-25 (mayalawi), ke-40 (mematang puluh) dan ke-100 hari (manyaratus hari) terhitung dari meninggalnya seseorang.
Adapun pantangan-pantangan (pamali) yang harus dihindari pada waktu upacara turun tanah/baaruwah (pengburan) antara lain:
a. Tidak boleh menyajika pisang untuk hidangan atau membawa
naik kerumah tempat orang yang meninggal tersebut sampai maniga hari,
dikarenakan bisa menimbulkan bapusang-pusang atau huru-hara, atau tidak
tentram.
b. Tidak boleh menyajikan wadai lapis atau kue lapis untuk
hidangan baaruwah tersebut, karena bisa menyebabkan yang meninggal
berlapis-lapis atau beruntun dikenai musibah.
c. Barang yang disuguhkan pada upacara tersebut harus
benar-benar yang halal. Karena jika tidak memenuhi persyaratan ini,
nantinya pahalanya tidak sampai kepada yang dihadiahi/kepada simati.
Ini menurut orang yang mempercayai hal tersebut sih.SISTEM PENGETAHUAN
Seperti halnya suku bangsa lainnya di dunia, masyarakat kota sampit juga memiliki sistem pengetahuan sendiri. Adapun sistem pengetahuan yang dimiliki meliputi:
- Pengetahuan tentang alam
- Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan
- Pengetahuan tentang tubuh, sifat dan tingkah laku sesama manusia
- Pengetahuan tentang ruang dan waktu
Sampit menggunakan Bahasa Indonesia, tapi yang paling sering dipakai orang adalah Bahasa Banjar (Namun tetap Bahasa Dayak, Bahasa Jawa, Bahasa Madura tetap sering terdengar).
Bahasa Sampit adalah sebuah bahasa Melayu Dayak. Pada mulanya penduduk asli penutur bahasa Sampit bermukim di kampung-kampung yang saling berjauhan letaknya tersebar di daerah aliran sungai. Mobilitas penduduknya terhambat akibat kondisi geografis yang terisolasi. Lagi pula kampung-kampung itu kebanyakan terpencil oleh hutan rimba, rawa-rawa, bukit dan sungai mempersulit kontak antar kelompok. Keadaan seperti itu menyebabkan penutur bahasa yang sama setelah terpisah dalam kelompok-kelompok lama kelamaan menjadi kendala saling paham semakin berkurang.
KESENIAN
Tarian
- Tari Giring Giring
Salah satu cara mengungkapkan kegembiraan dan rasa senang masyarakat Kalimantan khususnya Kalimantan Tengah adalah menari tari Giring-giring. Awal mulanya Tari giring-giring merupakan tarian yang berasal dari suku dayak Ma’anyan dan dipopulerkan oleh suku tersebut. Lalu berkembang di daerah Kalimantan Tengah. Giring-giring atau bahasa masyarakat kalimantan adalah gangerang merupakan bambu yang berisi biji piding.
Hal itu disimbolkan dengan cara menari tari giring-giring yaitu menghentakkan satu tongkat Gantar yang dipegang tangan kiri ke lantai sedangkan tangan kanan memegang bambu yang berisi kerikil serta di goyangkan agar tercipta bunyi yang khas. Kaki-kaki penari mengikuti irama musik bergerak maju mundur. Ketepatan tangan dan kaki yang bergerak bersamaan merupakan bagian yang unik dan menjadi perhatian penonton dari tari giring-giring.Benda yang dibawa oleh penari yaitu bambu tipis (telang) berisi biji “piding” dan digoyangkan sehingga menciptakan nada yang ritmis adalah giring-giring. Nama benda giring-giring menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tarian ini sehingga dinamakan tari Giring-Giring. Kegiatan tari giring-giring banyak dilakukan pada acara perjamuan, peresmian atau acara adat yang menggambarkan rasa gembira dan rasa senang.
- Tari Manasai
Manasai adalah satu jenis tari pergaulan yang ada pada masyarakat di Kalimantan Tengah. Tarian ini dilakukan oleh beberapa orang peserta, pria dan wanita yang berdiri berselang-seling antara pria dan wanita dalam satu lingkaran. Dimulai dengan semua menghadap kedalam lingkaran, kemudian berputar ke arah kanan, sambil melakukan gerak maju bergerak berlawanan arah jarum jam. kemudian menghadap ke arah luar lingkaran, berputar lagi ke arah kiri sambil melakukan gerak maju. Begitu seterusnya sambil berputar terus berlawanan arah jarum jam dengan mengikuti irama lagu pergaulan yang berjudul sama, lagu manasai. Setiap gerakan kaki dalam tarian ini, mirip dengan gerakan dalam irama. Tidak ada batasan usia dalam tarian ini. siapapun dan dalam usia berapapun boleh bergabung. Bergabung kedalam lingkaran tari dapat dilakukan kapan saja, mengikuti irama lagu. Dengan bertambahnya peserta yang ikut bergabung, maka lingkaran tari pun akan semakin membesar. Dan semakin banyak peserta tari, irama musik pun bisa semakin dipercepat, dan suasana gembira serta meriah pun akan terbentuk dan tercipta.
Rumah Adat
- Rumah betang
Rumah adat Kalimantan Tengah dinamakan rumah betang. Rumah itu panjang bawah kolongnya digunakan untuk bertenun dan menumbuk padi dan dihuni oleh ±20 kepala keluarga. Rumah terdiri atas 6 kamar, antara lain untuk menyimpan alat-alat perang, kamar untuk pendidikan gadis, tempat sesajian, tempat upacara adat dan agama, tempat penginapan dan ruang tamu. Pada kiri kamam ujung atap dihiasi tombak sebagai penolak mara bahaya.
Pakaian Adat
- Pakaian Pengantin
Pengantin pria Kalimantan Tengah memakai celana panjang sampai lutut, selempit perak atau tali pinggang dan tutup kepala. Perhiasan yang dipakai adalah inuk atau kalung panjang, cekoang atau kalung pendek dan kalung yang terbuat dari gigi binatang. Pengantin wanita memakai kain berupa rok pendek, rompi, ikat kepala dengan hiasan bulu enggang, kalung dan subang.
- Pakaian Perang
Pakaian berperang dapat dijumpai di masyarakat Dayak Kalimantan Tengah. Pakaian berperang tersebut terbuat dari kulit kayu, kulat binatang, dan di hiasi logam. Seringkali pakaian berperang itu dilengkapi dengan tulisan-tulisan (rajah) dengan tujuan menangkal sipemakai ketika berperang atau berkelahi, sehingga ia selamat. Pakaian berperang disebut juga Baju Basurat.
Seni Vokal
- Karungut
Karungut adalah sebuah kesenian tradisional dari Kalimantan tengah. Seni ini berupa sastra lisan atau juga bisa disebut pantun yang dilagukan. Karungut merupakan karya yang dijunjung masyarakat Dayak sebagai sastra besar klasik dan merupakan semacam pantun atau gurindam. Pelantun karungut mengisahkan syair-syair kebajikan dengan meramu bermacam legenda, nasihat, teguran, dan peringatan mengenai kehidupan sehari-hari. Karungut sering dilantunkan pada acara penyambutan tamu yang dihormati. Salah satu ekspresi kegembiraan dan kebahagiaan diungkapkan dalam bentuk Karungut.
Alat Musik
- Kecapi
KECAPI merupakan alat musik petik khas Kalimantan Tengah yang bisa digunakan oleh masyarakat suku Dayak untuk mengiringi lagu khas Kalimantan Tengah seperti Badeder/Deder (nyanyian pantun), Karungut, Dodoi (nyanyian saat mendayung perahu/sampan/rakit). Kecapi juga dapat digunakan untuk mengiringi tari – tarian khas Kalimantan Tengah dalam sebuah festival atau dalam menyambut tamu besar, Mansana (bercerita), acara perkawinan, acara kelahiran dan segala macam lainnya dech. Tapi kalau dulu kala Kecapi lebih banyak digunakan untuk mengantar para pahlawan – pahlawan jaman dulu untuk maju berperang melawan musuh.
- Garantung
GARANTUNG atau gong merupakan salah satu alat musik yang digunakan masyarakat Suku Dayak. Selain garantung masyarakat Dayak juga menyebutnya dengan gong dan agung. Garatung diklasifikasikan sebagai salah satu alat musik dalam kelompok idiophone yang terbuat dari bahan logam; besi, kuningan, atau perunggu.
- Katambung
Katambung adalah alat music perkusi sejenis gendang yang biasa digunakan dalam upacara – upacara adat. Ukuran panjang 75cm terbuat dari kayu ulin dan bagian yang dipukul dengan telapak tangan terbuat dari kulit ikan buntal yang telah dikeringkan berdiameter 10cm.
- Rebab
Rebab ialah alat musik gesek.
Seni Patung/Pahat
- Seni Pahat patung Sapundu
- Tatto
Secara relijius tato bagi masyarakat Suku Dayak pada umumnya, merupakan sebuah ‘obor’ yang akan menerangi perjalanan hidup seseorang menuju alam keabadian, setelah kematian. Sehingga tidak herang mereka memiliki pemahaman, semakin banyak memiliki tato makan jalan kehidupan mereka semakin terang dan jalan menuju ke alam keabadian semakin lapang. Namun tidak semua Suku Dayak memiliki konsepsi yang sama, bahkan ada dari subsuku Dayak yang tidak memiliki tradisi tato, seperti masyarakat Dayak Meratus di Kalimantan Selatan dan Suku Maanyan di Provinsi Kalimantan Tengah.
- Anyaman
Anyaman tradisional suku Dayak di Kalimantan memiliki pesona tersendiri yang selama ini diabaikan. Dibandingkan dengan anyaman suku lain, anyaman Dayak membutuhkan teknik pengerjaan yang tinggi karena tingkat kompleksitasnya. Desain yang rumit serta motif yang beragam dan kaya warna membuat anyaman ini disebut sebagai anyaman terbaik di dunia.
SISTEM MATA PENCAHARIAN
Sampit lebih dipusatkan pada kegiatan perdagangan dan industri. Ini bisa ditelusuri dari adanya bukti peninggalan sejarah yakni kawasan Pelabuhan Sampit dan PT. Inhutani III yang dulu dikenal dengan nama N.V. Bruinzell serta perusahaan Remiling yang bergerak dibidang pertanian.
Kebanyakan pendapatan masyarakat berasal dari perkebunan sawit. Yang sebelumnya daerah ini merupakan penghasil kayu hutan dan kayu sudah mulai langka, masyarakat dan perusahaan mulai beralih ke perkebunan sawit. Kondisi geografis yang merupakan dataran rendah di kota sampit sehingga sangat mendukung untuk perkebunan di daerah ini.selain perkebunan sawit pendapatan daerah ini juga berasal dari hasil ikan, perkebunan karet serta tambang batubara.
SISTEM PERALATAN HIDUP
1. Mandau
Mandau Merupakan senjata utama dan merupakan
senjata turun temurun yang dianggap keramat. Bentuknya panjang dan
selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun hanya ukiran
biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah, diukir dengan
emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut manusia.
Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang Birang Bitang
Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena
dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai
sebagai bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu
Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.
2. Sipet / Sumpitan
Sipet / Sumpitan Merupakan senjata utama
suku dayak. Bentuknya bulat dan berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 – 2,5
meter, ditengah- tengahnya berlubang dengan diameter lubang ¼ – ¾ cm
yang digunakan untuk memasukan anak sumpitan (Damek).Ujung atas ada
tombak yang terbuat dari batu gunung yang diikat dengan rotan dan telah
di anyam. Anak sumpit disebut damek, dan telep adalah tempat anak
sumpitan.
3. Dohong
Dohong Senjata ini semacam keris tetapi
lebih besar dan tajam sebelah menyebelah. Hulunya terbuat dari tanduk
dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh dipakai oleh
kepala-kepala suku, Demang, Basi.
TEMPAT WISATA
- Ujung Pandaran
Tempat wisata di daerah kota sampit adalah pantai pandaran
yang lokasinya berada di muara sungai mentaya. Jarak yang harus di
tempuh dari sampit ke pantai pandaran sekitar 200km dengan waktu tempuh
sekitar 7 jam karena jalannya yang belum di aspal. Tempat wisata yang
lain adalah adanya taman anggrek di daerah pambuang hulu yang merupakan
ujung dari kota sampit. Waktu tempuh dari sampit ke pembuang hulu sekitar 3 jam perjalanan baik melalui angkutan darat atau angkutan sungai.
- Sungai Bakau
NAMA wisata Sungai Bakau ini rupanya
diberikan penduduk sekitar karena di pinggiran pantai banyak ditumbuhi
tanaman bakau. Sebagiannya sengaja ditanam penduduk sekitar untuk
menjaga permukaan pantai dari abrasi (pengikisan oleh air laut).
CIRI KHAS KOTA SAMPIT
- Bundaran Kecil (Segi Tiga Emas)
- Taman Kota Sampit
- PPM (Pusat Perbelanjaan Mentaya)
- Patung Jelawat (Belom Jadi :D)
Salah satu jenis ikan jelawat berukuran besar yang akan menjadi ikon Kota Sampit, tapi ini masih rancana :D . Dengan dijadikannya ikan jelawat menjadi ikon Kota Sampit diharapkan masyarakat dapat lebih melestarikan dan membudidayakan jenis ikan tersebut.
Makanan Yang Bisa diJadikan Ciri Khas Sampit
- Nasi Kuning
- Dami
Dami adalah kulit Tiwadak (cempedak) yang dibersihkan dan digoreng. Dimakan sebagai makanan pendamping dengan nasi.
- Bingka
Bentuknya seperti bunga. Sebenarnya Bingka ini berasal dari Banjar. Bingka di Sampit hanya ditemui di bulan Ramadhan, banyak penjual makanan yang akan menjualnya, namun sangat langka di bulan yang lain.
- Sayur Kelakai
Kelakai ( entah apa nama latin /
ilmiahnya ) tumbuh melimpah berupa semak-semak di sembarang tempat.
Terbukanya lahan hutan karena adanya pemberdayaan lahan di pinggiran
kota Sampit membuat kelakai berkembang meluas. Dari ciri fisiknya
kelakai mungkin sejenis tumbuhan paku ( pakis ? ), tumbuh subur pada
lahan gambut. Dari pengamatan, unsur gizi dari kelakai jelas terlihat
pada ibu menyusui. Asi yang dihasilkan lebih berkualitas dan berlimpah.
Hal ini membuat kelakai menjadi makanan yang banyak dikonsumsi ibu-ibu
menyusui. Oseng kelakai sungguh enak dan mempunyai rasa khas dibanding
sayuran umum. Rasanya, menurut pendapat saya, mirip-mirip dengan jamur.
Jadi kalau kebetulan ke Sampit, jalan-jalanlah ke pinggiran kota sambil
membawa pancing. Mungkin anda tidak akan banyak mendapat ikan. Tapi anda
bisa sambil memetik kelakai. Karena hasil memetik sendiri, pasti lebih
enak rasanya.
- Pais Kunjui
Pais kunjui adalah makanan atau kue yang berbeda dengan kota lain dan hanya tersedia di kotim.
Pais kunjui atau yang lebih kita ketahui
dengan sebutan nama singkong rebus dibungkus dengan daun pisang ini
sangat banyak di jual di pinggiran kota sampit dan sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar